Berita Narkoba (Video)

Rabu, 18 Februari 2009

PEREMPUAN LEBIH MUDAH MENJADI PECANDU

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam makalah berjudul The Formative Years: Pathways to substance Abuse among Girls and Young Women Ages 8-22 tersebut, perempuan cenderung lebih mudah menjadi pecandu dan mengalami dampak yang lebih parah.

Penelitian lanjutan menunjukkan perempuan lebih cepat mengalami ketergantungan terhadap zat adiktif dibanding pria. Selain itu, pemakaian salah satu jenis zat saja bisa memperbesar kemungkinan seorang perempuan mengonsumsi zat-zat adiktif lainnya seperti alkohol, rokok, atau jenis narkotika lain. kemungkinan tersebut jauh lebih tinggi dibanding pada pria.

Joseph A. Califano Jr., presiden CASA, mengatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan besarnya kecenderungan tersebut. Secara psikologis, perempuan lebih mudah terserang depresi disbanding pria. Perempuan juga cenderung memiliki kebiasaan makan yang buruk, dan lebih rentan terhadap penyiksaan fisik dan seksual. “semua faktor tersebut bisa meningkatkan kecenderungan wanita menggunakan zat adiktif,” papar Califano.

Selain itu, ada juga perbedaan perempuan dan pria dalam situasi sosial saat pertama berkenalan dengan zat adiktif tersebut. Pria umumnya berkenalan dengan zat adiktif dalam setting ini bisa amat berpengaruh, karena dalam setting tertutup kesan atau sensasi yang dialaminya bisa berbekas lebih dalam. Dibanding responden pria, lebih banyak responden perempuan yang mengatakan betapa lebih mudahnya mendapatkan zat adiktif illegal.

Yang lebih memprihatinkan, selain lebih cepat mengalami ketergantungan, wanita juga cenderung merasakan efek yang lebih parah akibat ketergantungannya tersebut. Karena perempuan lebih mudah mengalami depresi dibanding pria, kecenderungan bunuh diri perempuan pecandu lebih tinggi dibanding pria, secara fisiologis, paru-paru wanita juga lebih mudah rusak jika ia merokok. Perempuan juga cenderung lebih mudah mengalami kerusakan otak jika kecanduan alkohol.

Secara sosial, dampak ketergantungan zat adiktif pada perempuan juga lebih mengerikan. Perempuan pecandu narkotika dan obat-obatan terlarang cenderung lebih mudah terlibat dalam aktivitas seksual yang beresiko tinggi (misalnya, dengan partner seks yang tidak ia kenal sama sekali tanpa menggunakan pelindung). Perempuan pecandu berusia muda juga berkemungkinan lebih besar menjadi korban penyiksaan seksual dan fisik.
Perlunya tindakan preventif dan penanganan yang berbeda terhadap pecandu pria dan pecandu perempuan. “program-program rehabilitasi pecandu zat adiktif yang ada saat ini cenderung memberikan perlakuan yang sama terhadap pecandu pria dan perempuan. (Sumber: Majalah Lisa No. 34/2004).

TAPII…kita masih boleh lega bahwa meski penelitiannya menunjukkan kecenderungan perempuan lebih mudah menjadi pecandu, namun demikian, menurut sumber data di RSKO Jakarta, 2004, maka pecandu berjenis kelamin perempuan dari tahun 2000 hingga 2004 tertinggi hanya mencapai 10,34 % di tahun 2003. Sementara pecandu laki-laki pada tahun yang sama mencapai 89,66 %.
Sebagaimana dijelaskan dalam “Gambaran Penyalahgunaan NAPZA di Institusi Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA tahun 2001-2003 (Summary) “ Depkes 2004, diperoleh data bahwa pecandu perempuan menurut data dari Institusi tahun 2002 ada 8,8 % sementara laki-lakinya 91,2 %. Pada tahun 2003 ada penurunan sehingga hanya 7,5 % dan laki-laki mengalami peningkatan hingga menjadi 92,5 %.
Sedangkan menurut data dari LSM dari laporan yang sama, pada tahun 2002 pecandu perempuan ada 9,4 %, sementara pecandu laki-laki ada 90,6 %. Pada tahun 2003, perempuan 7,7 %, laki-laki 92,3 %.

Meski dari data diatas terlihat bahwa pecandu laki-laki lebih besar dari perempuan, namun demikian kita tidak boleh lupa, ada fenomena gunung es, yang artinya, data yang sebenarnya seringkali tidak terlaporkan atau tidak terdata. Jadi, hati-hati, baik perempuan maupun laki-laki, tetap saja tidak boleh menjadi pecandu narkoba. Mari hidup tanpa narkoba. Narkoba ? NO !


Sumber : www.nurularifin.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar